Pengertian Konflik Destruktif dan 5 Contohnya

Diposting pada

Konflik Destruktif

Konflik bisa terjadi karena adanya benturan kepentingan yang ada dalam individu dan kelompok di masyarakat. Penyebab terjadinya konflik ini dilatarbelakangi adanya keinginan pribadi, perbedaan arti ras, kelas, kasta, politik dan internasional. Namun yang pasti berdasarkan pada sifatnya jenis konflik terbagi menjadi 2. Yaitu konflik konstruktif dan destruktif.

Adapun maka konflik destruktif, sejatinya yang lebih mengarah pada timbulnya dampak negatif yang bisa berupa hilangnya nyawa atau harta benda. Contohnya dalam keseharian ialah di tempat kerja, terjadinya konflik destruktif dapat menghambat kinerja, karena orang-orang menolak untuk berbicara satu sama lain atau mereka tidak memiliki percakapan yang beradab.

Konflik Destruktif

Konflik destruktif bisa dikatakan sebagai arti pertikaian yang terjadi ketika dua orang atau lebih terlibat dalam bentuk tindakan sosial dan perilaku yang menghasilkan peningkatan antagonisme alih-alih dengan perwujuatan resolusi konflik. Misalnya, ketika dua rekan kerja mulai melakukan serangan verbal dan menggunakan gerakan mengancam selama pertengkaran, konflik di antara mereka telah menjadi destruktif.

Konflik tipikal destruktif ini dalam bentuk kelompok sosial seringkali mengikuti arah tertentu. Pertama-tama, adanya bentuk interaksi sosial berkelompok yang rutin terganggu oleh konflik awal, yang bisa disebabkan oleh perbedaan pendapat, perselisihan antar anggota, atau kelangkaan sumber daya.

Pada titik tersebut, kelompok tersebut tidak lagi bersatu, dan mungkin terpecah menjadi koalisi. Periode eskalasi konflik ini dalam beberapa kasus memberi jalan ke tahap resolusi arti konflik, setelah itu kelompok akhirnya dapat kembali ke interaksi rutin kelompok.

Pengertian Konflik Destruktif

Konflik destruktif adalah pertentangan yang terjadi karena adanya perasaan tidak senang atau perasaan dendam dari seseorang atau kelompok terhadap pihak lain yang bisa menimbulkan kerugian bagi individu atau kelompok yang terlibat dalam konflik tersebut.

Contoh Konflik Destruktif

Adanya untuk contoh perilaku yang menggambarkan konflik destruktif dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja;

  1. Membuat argumen emosional

Salah satu sikap yang dapat memicu konflik destruktif adalah dengan membuat argumen emosional dan memaksa orang lain untuk mendengarkan kita karena pengalaman atau kepercayaan yang kita miliki dalam suatu arti diskusi. Disisi lainnya, setiap orang berhak untuk membuat argumen, tapi memaksakan argumen kita kepada orang lain adalah hal yang salah, baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan sosial masyarakat tempat kita tinggal.

Alasannya hal tersebut selain melanggar norma sosial dan nilai sosial juga menghancurkan cerminan masyarakat majemuk yang menghargai perbedaan.

  1. Memperlakukan pertanyaan dan kritik sebagai serangan pribadi

Kita tidak boleh menganggap pertanyaan dan kritik dari orang lain atau rekan kerja kita sebagai serangan pribadi yang dapat memicu timbulnya konflik destruktif.

Bisa saja kritik yang diberikan oleh orang lain tersebut justru dapat membawa perubahan yang lebih baik pada ide-ide kita, jadi kita harus menghilangkan pikiran buruk bahwa kritik tersebut adalah untuk menjatuhkan atau menjelek-jelekkan kita, tapi jadikan itu sebagai masukan yang membangun bagi kita.

  1. Menolak sudut pandang orang lain sebelum kita pahami posisinya

Menolak sudut pandang orang lain sebelum kita sepenuhnya memahami posisi mereka juga dapat memicu timbulnya konflik destruktif, karena orang lain berhak untuk menyampaikan sudut pandangnya, terlebih lagi di Indonesia yang merupakan negara demokratis dengan masyarakat majemuk, sehingga kita tidak boleh serta merta menolak sudut pandang tersebut tanpa mempertimbangkan hal-hal baik yang dapat diambil ketika kita bisa menerima sudut pandang orang lain tersebut.

  1. Mengolok-olok atau mengejek posisi orang lain

Dimanapun tempatnya, baik di lingkungan kerja atau di lingkungan masyarakat tempat tinggal kita, kita tidak boleh mengolok-olok atau mengejek peran sosial dan status sosial orang lain karena itu dapat memicu timbulnya konflik destruktif. Orang yang kita olok-olok atau kita ejek tentunya akan merasa terhina atau sakit hati dengan apa yang kita lakukan.

Lebih parah lagi, orang tersebut bisa melakukan tindak kekerasan karena merasa tidak bisa terima terhadap ejekan yang kita lontarkan. Meskipun hanya berawal dari ejekan, tapi konflik tersebut juga bisa berbuntut panjang hingga ke ranah hukum.

  1. Mengabaikan atau menolak ide orang lain

Ketika orang lain sedang menyampaikan ide-ide mereka kita harus menghargai hal tersebut, meskipun mungkin ide-ide itu tidak sesuai atau berlawanan dengan ide-ide yang kita miliki. Kita harus tetap mendengarkan ide yang disampaikan orang lain hingga selesai.

Kemudian baru membuat pertimbangan yang matang terkait cara yang bijak untuk mengolah ide tersebut, tidak langsung menolaknya dengan sarkas sehingga membuat orang lain kecewa dan tidak berani menyampaikan ide-ide mereka lagi di masa mendatang.

Kesimpulan

Dari penjelasan yang dikemukakan. Dapatlah dikatakan bahwa adanya konflik destruktif dapat meningkat dengan cepat dari perbedaan pendapat menjadi situasi beracun, terutama ketika kita sedang melakukan hubungan sosial dengan pihak lain.

Adanya konflik sosialkonflik vartikalkonflik horizontal, maupun konflik destruktif perlu ditangani segera setelah diidentifikasi atau dilaporkan. Alasannya dengan melakukan hal itu mencegah sekaligus menjadi upaya penyelesaian konflik semakin meningkat, yang selanjutnya akan menurunkan moral dan produktivitas dari suatu kelompok sosial. Menghentikan konflik destruktif juga mencegah potensi tindakan hukum.

Nah, itulah saja artikel yang bisa dibagikan pada semua kalangan berkenaan dengan pengertian konflik destruktif dan contohnya di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Semoga saja bisa berguna untuk kalian yang sedang membutuhkannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *