5 Contoh Desa Tradisional di Indonesia

Diposting pada

Contoh Desa Tradisional

Desa tradisional, swadaya, swakarya, dan swasembada adalah bagian daripada bentuk desa berdasarkan pada tingkat perkembangannya.  Namun yang pastinya, istilah tradisional itu sendiri bisa diartikan sebagai sesuatu yang sesuai dengan tradisi, corak, adat yang telah berlangsung lama. Maka tak salah apabila desa tradisional disebut juga desa adat pada hakikatnya memang arti masyarakatnya masih memegang teguh nilai adat istiadat yang berkembang di desa tersebut.

Disisi lainnya, untuk bentuk desa adat di Indonesia ini sendiri tersebar dari berabagai wilayah. Misalnya di Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Bali, dan bahwa di Provinsi Banten.

Desa Tradisional

Desa tradisional adalah penyebutan daripada nama lain desa adat yang penggambarannya setiap masyarakat tinggal di daerah ini masih memegang teguh norma sosial dan nilai sosial terkait denga sifat kebudayaan. Sehingga pengaruh adanya globalisasi sekaligus modernisasi kurang begitu terlihat, lantaran kekehan masyarakat dalam menjaganya.

Contoh Desa Tradisional

Adapun untuk contoh adanya desa adat di Indonesia dari berbagai wilayah yang ada. Antara lain;

  1. Desa Adat Baduy

Desa Adat Baduy yang juga dikenal dengan Desa Kanekes terletak di Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Banten. Desa ini dikenal karena mempertahankan tradisi kuno. Secara teknis ada 65 dusun di Kanekes, yang terbagi menjadi Baduy Dalam dan Baduy Luar.

Saat berkunjung ke Baduy, setidaknya para wisatawan bisa menikmati keindahan alam dan tradisi lokal. Di Baduy Dalam, ada sejumlah peraturan yang dipatuhi secara ketat, seperti larangan mengambil foto dan video, dan selama bulan Kawalu, desa ditutup selama tiga bulan. Artinya, wisatawan tidak boleh berkunjung dari Februari hingga April. Baduy dalam melarang turis asing masuk.

  1. Desa Adat Pugima

Desa Adat Pugima terletak di dataran tinggi dan terpencil, tepatnya di Kecamatan Walaleagama, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Tak heran, nuansanya damai sekaligus menenangkan. Penduduk desa tinggal di sebuah rumah tradisional yang disebut Honai, yang terbuat dari kayu dan jerami. Rumah-rumah dikelilingi oleh pohon sagu dan berbagai jenis tanaman. Ada pula pemandangan pegunungan yang sangat indah.

Tidak ada kendaraan dan fasilitas modern yang terlihat di desa tersebut. Meskipun demikian, penduduk desa memiliki sikap yang ramah kepada pengunjung.

Satu-satunya hal yang terkait dengan bahasa yaitu bagi orang luar atau mereka yang tidak tinggal di Provinsi Papua, mereka perlu menyewa pemandu yang bisa berbicara bahasa lokal dengan lancar. Dengan cara ini, wisatawan dapat mengumpulkan lebih banyak informasi mengenai suku dan tradisi mereka.

Bagi yang berkunjung ke Desa Adat Pugima jangan lupa untuk bergabung dengan para warga desa untuk membudidayakan dan mengumpulkan madu. Karena orang-orang tersebut terkenal dengan kebun lebah madunya.

  1. Desa Adat Wae Rebo

Desa adat Wae Rebo yang terletak di Kabupaten Manggarai di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, telah menerima Penghargaan Unggulan Terbaik dari UNESCO dalam The 2012 UNESCO Asia Pacific Heritage Awards, yang diumumkan di Bangkok pada 27 Agustus 2012.

Desa kecil dan terpencil ini dikenal karena pembangunan kembali rumah adat Mbaru Niang yang dilandasi semangat gotong royong masyarakat menuju tradisi yang lestari, sekaligus meningkatkan kesejahteraan desanya.

Wae Rebo benar-benar dikelilingi oleh pegunungan yang indah dan hutan Todo yang lebat. Hutan tropis ini kaya akan vegetasi, di lokasi tersebut kita dapat menemukan anggrek, berbagai jenis pakis dan mendengar kicau banyak burung penyanyi.

Tidak ada jangkauan seluler di desa ini, dan listrik hanya tersedia dari pukul 6 hingga 10 malam. Udaranya relatif dingin, terutama di musim kemarau, jadi sangat disarankan untuk membawa jaket jika berencana untuk mengunjungi desa yang satu ini.

Pendiri desa dan, oleh karena itu, nenek moyang utama mereka yang membangun desa sekitar 100 tahun yang lalu, adalah seorang pria bernama Empu Maro.

Saat ini, penduduknya adalah keturunan generasi ke-18. Dengan populasi kecil sekitar 1.200 jiwa saja, desa ini terdiri dari 7 rumah. Makanan pokok penduduk desa adalah singkong dan jagung, tetapi di sekitar desa mereka menanam kopi, vanili, dan kayu manis yang mereka jual di pasar yang terletak sekitar 15 km. jauh dari desa.

  1. Desa Penglipuran

Desa Penglipuran terletak di Kubu, Kabupaten Bangli, yang berjarak sekitar 45 kilometer dari pusat Kota Denpasar, Provinsi Bali. Nama Desa Penglipuran berasal dari kata Lengeling dan Pura yang berarti mengenang tempat suci (pura leluhur).

Penduduk Desa Penglipuran adalah masyarakat Bali Mula yang aslinya berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani. Mereka kemudian merantau ke Desa Kubu Bayung yang sekarang menjadi Desa Penglipuran. Masyarakat di desa adat Bali ini masih mempertahankan keluhuran filosofi budayanya.

Suasana yang ditawarkan Desa Penglipuran sangat tenang dan asri karena terletak di dataran tinggi. Desa ini memiliki keunikan yang tidak dapat kita temukan di desa lain, seperti rumah-rumah penduduk yang tampak identik di bagian depan. Desa ini juga memiliki gang yang rapi, bersih, dan asri.

Hal unik lainnya dari desa adat Bali ini adalah larangan kendaraan bermotor memasuki kawasan desa ini. Jadi, bagi kita yang ingin berkunjung ke sini harus berjalan kaki karena kendaraan harus diparkir di luar desa. Karena peraturan ini, desa ini sangat hijau dan udaranya sejuk, bebas polusi!

  1. Desa Adat Trunyan

Trunyan adalah sebuah desa yang terletak di tepi Danau Batur kabupaten Kintamani di Bali. Ada banyak praktik pemakaman yang berbeda di Indonesia. Misalnya di Bali, orang banyak yang membakar jenazah. Namun, di Trunyan, praktiknya sedikit lebih unik. Di desa ini, orang yang meninggal tidak dibakar, dan mereka juga tidak dikuburkan.

Sebaliknya, selama beberapa generasi, almarhum telah dibaringkan di tanah dan dibiarkan membusuk di permukaan cekungan dangkal.

Dalam praktik yang disebut sema wayah ini, jenazah dijajarkan dengan jenazah lainnya, lengkap dengan kain pembungkus sebagai pelindung, tetapi wajahnya diperlihatkan melalui bingkai bambu yang disebut ancak saji. Ancak saji adalah anyaman dari bambu menjadi segitiga sama kaki yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari binatang buas.

Nah, demikinalah artikel yang bisa dibagikan pada semua kalangan berkenaan dengan adanya beragam contoh desa adat yang ada di Indonesia. Semoga saja mampu memberikan wawasan bagi kalian yang sedang membutuhkan referensinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *