Maskulinitas adalah bagian dariadanya peran sosial, perilaku, dan makna yang ditentukan untuk laki-laki dalam masyarakat mana pun dan kapan pun. Atau dengan kata lain, maskulinitas adalah perilaku, bahasa, dan praktik, yang ada di lokasi dalam unsur budaya dan organisasi sosial tertentu, yang umumnya diasosiasikan dengan laki-laki.
Oleh karena itulah kajian tentang maskulinita merupakan kebalikan dari feminitas yang mengacu pada norma sosial pembentuk perilaku yang berkaitan sikap seorang wanita. Perlu kita ketahui bahwa maskulinitas dan feminitas berkaitan dengan gender karena didasarkan pada konstruksi sosial yang ada di masyarakat. Secara spesifik, maskulinitas melibatkan menampilkan sikap dan perilaku yang menandakan dan memvalidasi kelelakian (maleness), dan melibatkan pengakuan dengan cara tertentu oleh perempuan maupun laki-laki lain.
Maskulinitas
Istilah terkait maskulinitas dapat diartikan sebagai harapan sosial menjadi seorang pria. Sehingga standar maskulinitas bervariasi di berbagai sifat kebudayaan, subkultur, ras, dan periode sejarah. Misalnya, sifat yang secara tradisional dipandang sebagai maskulin dalam masyarakat Barat meliputi kekuatan, keberanian, kemandirian, kepemimpinan, dan ketegasan.
Pada dasarnya, baik pria maupun wanita dapat menunjukkan sifat dan perilaku maskulin. Mereka yang menunjukkan karakteristik maskulin dan feminin dianggap androgini, dan filsuf feminis berpendapat bahwa ambiguitas gender dapat mengaburkan klasifikasi gender.
Pengertian Maskulinitas
Maskulinitas adalah seperangkat atribut, perilaku, dan peran yang terkait dengan penelaah kajian seorang pria dan anak laki-laki. Sehingga maskulinitas dibangun dan didefinisikan secara sosial, historis dan politik, daripada didorong secara biologis.
Pengertian Maskulinitas Menurut Para Ahli
Adapun definisi maskulinitas menurut para ahli, antara lain:
- Kimmel (2000)
Maskulinitas mengacu pada perilaku, peran sosial, dan hubungan laki-laki dalam masyarakat tertentu serta makna yang dikaitkan dengan mereka. Istilah maskulinitas menekankan pada gender, jadi studi tentang maskulinitas tidak terbatas pada laki-laki secara biologis.
- Pilcher dan Whelehan (2017)
Pilcher dan Whelehan mengemukakan bahwa maskulinitas ialah seperangkat praktik sosial dan representasi budaya yang terkait dengan menjadi laki-laki.
- Cambridge Dictionary
Dalam Kamus Cambridge, tertulis bahwa maskulinitas adalah karakteristik yang secara tradisional dianggap khas atau cocok untuk laki-laki.
Macam Maskulinitas
Dalam sebuah karya klasik tentang organisasi sosial maskulinitas, Robert Connell (1995) mengidentifikasi empat jenis maskulinitas yang berbeda, yang meliputi:
-
Maskulinitas Hegemonik (Hegemonic Masculinity)
Maskulinitas hegemonik adalah jenis maskulinitas yang menunjukkan dominasi laki-laki dalam menjalankan kekuasaan dan otoritas yang dimiliki atas perempuan (maupun laki-laki lainnya), dengan segala konsekuensi dari adanya penindasan, kekerasan dan hak istimewa. Artinya, maskulinitas hegemonik akan mewakili pola dasar tradisional maskulinitas dan stereotip laki-laki sesuai dengan budaya patriarki.
Konsep hegemoni tersebut, yang diturunkan dari analisis Gramsci tentang hubungan kelas, mengacu pada dinamika budaya di mana satu kelompok menuntut dan mempertahankan posisi kepemimpinan dalam kehidupan sosial.
Pada waktu tertentu, satu bentuk maskulinitas dihargai secara budaya disbanding bentuk maskulinitas yang lain. Oleh karena itu, maskulinitas hegemonik dapat didefinisikan sebagai konfigurasi praktik generik yang mewujudkan respon yang diterima saat ini terhadap masalah legitimasi sikap patriarki dalam menjamin posisi dominan laki-laki dan subordinasi perempuan.
-
Maskulinitas Subordinat (Subordinate Masculinity)
Maskulinitas subordinat adalah jenis maskulinitas yang ditemukan dalam gaya hidup tradisional, dengan perilaku dan perasaan yang secara konvensional dikaitkan dengan perempuan, sehingga dianggap tidak pantas dan banci oleh kebanyakan laki-laki
Jenis maskulinitas ini terdiri dari perilaku laki-laki dari orientasi homoseksual dan beberapa cara lain untuk menjadi laki-laki yang lebih dekat dengan nilai-nilai yang biasanya dilihat sebagai tipikal perempuan (misalnya etos kepedulian terhadap orang lain, penekanan pada perasaan dan emosi, solidaritas dengan sikap feminis dan sejenisnya).
-
Maskulinitas Marjinal (Marginal Masculinity)
Maskulinitas marjinal mengacu pada kelompok laki-laki yang menderita pengucilan sosial dan hanya memiliki akses kekuasaan yang sangat terbatas (misalnya, minoritas kulit hitam di Amerika Serikat, imigran Afrika Utara di Eropa, atau suku asli di Amerika Latin).
Mereka menerima semua jenis ketidakadilan dan penindasan dalam masyarakat yang dipimpin oleh orang-orang yang tanpa malu-malu menjalankan bentuk maskulinitas hegemonik yang paling tirani dan tidak adil.
Meskipun demikian, mereka tidak mempertanyakan dominasi laki-laki maupun pola perilakunya (terutama yang mengacu pada hubungan dengan perempuan), juga tidak menjauhkan diri secara signifikan dari misoginis dan kekerasan yang diadopsi oleh budaya patriarki.
-
Maskulinitas Kepuasan Diri (Complacent Masculinity)
Maskulinitas kepuasan diri adalah jenis maskulinitas yang berkaitan dengan laki-laki yang tidak memiliki akses yang signifikan terhadap kekuasaan dan tidak memiliki status keuangan atau sosial yang tinggi, tapi masih menikmati dividen patriarki yang terkait dengan jenis kelaminnya sebagai laki-laki, tanpa pernah mempertanyakannya keadilan dari hak-hak istimewa tersebut.
Teori Maskulinitas
Teori maskulinitas yang disampaikan oleh sosiolog Australia Raewyn Connell adalah teori yang paling berpengaruh dalam kaitannya dengan laki-laki dan maskulinitas. Pada tahun 2003, buku Connell, Masculinities, terpilih sebagai salah satu dari 10 buku paling berpengaruh dalam sosiologi Australia.
Ketika buku Masculinities diterbitkan, buku tersebut menyatukan ide-ide, teori, pengalaman dan pemahaman Connell yang telah mengumpulkan dan menyempurnakannya selama hampir tiga dekade dengan cara meneliti, mengajar, membaca, menulis dan berpikir tentang kelas, gender, psikologi dan teori sosiologis.
Seperti pendahulunya, yaitu buku “Toward a new sociology of masculinity”, buku Masculinities secara kritis menganalisis dominasi laki-laki tanpa menyalahkan semua laki-laki dalam prosesnya. Ia juga mempertahankan struktur teoretis yang dikembangkan dalam Gender dan kekuasaan, khususnya model gender yang terdiri dari tiga struktur (kemudian empat), yaitu:
- Tenaga kerja (labour), pembagian kerja secara seksual,
- Kekuasaan (power), keseluruhan subordinasi perempuan dan dominasi laki-laki,
- Kateksis (cathexis), praktik yang membentuk dan mewujudkan keinginan,
- Baru-baru ini Connell menambahkan struktur keempat, yaitu simbolisasi (symbolization)
Maskulinitas cukup banyak mengikuti kerangka konseptual Gender dan kekuasaan, karena adanya kemungkinan memiliki rasa sejarah yang lebih kuat (stronger historical flavor), kurang terlibat dalam menetapkan kategori dan lebih terlibat dalam menunjukkan bagaimana pola hubungan gender benar-benar bekerja dan berubah.
Contoh Maskulinitas
Terdapat beberapa negara yang dapat dijadikan sebagai contoh negara maskulinitas, diantaranya yaitu Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Italia, dan Nigeria. Selain contoh negara, perlu juga kita ketahui beberapa contoh karakteristik yang menggambarkan sikap maskulin, diantaranya yaitu:
-
Berupaya untuk menang dan mendapatkan penghargaan/imbalan
Kemenangan merupakan hal yang bagus karena membuat seseorang mendapatkan imbalan tertentu. Biasanya, indikator performa atau kinerja terbaik adalah uang, karena itu adalah kuantitas yang terukur. Oleh karena itu, penghargaan atau imbalan atas kinerja seseorang lebih lazim di negara-negara maskulin daripada di negara-negara feminin.
-
Berupaya untuk mencapai status yang tinggi dalam masyarakat
Status merupakan sesuatu yang penting. Status sosial yang dimaksud dalam hal ini merupakan status yang diperoleh atau acquired status. Dengan kata lain, jika seseorang bekerja keras, ia akan dihargai atas kinerjanya tersebut yang kemudian akan membawanya mencapai status yang tinggi dalam masyarakat (hal itu berlawanan dengan ascribed status, yang berkaitan dengan hierarki).
-
Memiliki jiwa kompetitif (upaya untuk bersaing)
Bersaing itu baik dan dianggap sebagai permainan yang adil, atau kesempatan untuk menunjukkan seberapa baik seseorang dalam suatu hal. Bahkan persaingan antar rekan kerja di organisasi atau departemen yang sama dipandang sebagai permainan yang adil. Selain contoh sikap maskulin yang bersifat positif seperti yang telah disebutkan di atas, ada pula
-
Memperjuangkan heteroseksualitas sebagai norma yang tidak dapat diubah
Banyak pria diprogram untuk bereaksi negatif terhadap konsep homoseksualitas karena ini merupakan tanda penyimpangan dari stereotip tradisional pria. Melalui retorika populer dan sejak usia dini ketika anak laki-laki belajar tentang peran gender, laki-laki diajari bahwa menjadi homoseksual berarti menjadi kurang maskulin.
-
Melakukan kekerasan
Secara statistik, laki-laki melakukan kejahatan kekerasan secara signifikan lebih banyak daripada perempuan. Ada banyak alasan untuk hal ini, tetapi ada hubungan yang jelas antara kekerasan yang dipicu oleh laki-laki dan kebutuhan laki-laki untuk menggunakan agresi serta kekerasan untuk membuktikan kejantanan mereka dan meningkatkan kepercayaan pada identitas maskulin mereka.
-
Menjadi dominan
Disibukkan dengan kekuasaan dan dominasi sampai pada titik yang menyebabkan kerugian bagi orang lain, seperti intimidasi verbal, fisik, dan online. Satu studi menemukan bahwa lebih dari seperempat laki-laki berpikir bahwa mereka harus memiliki keputusan terakhir dalam hubungan, lebih dari sepertiga laki-laki percaya bahwa mereka memiliki hak untuk mengetahui di mana pasangan wanita mereka setiap saat.
-
Agresi seksual terhadap wanita
Laki-laki yang mematuhi standar maskulinitas toksik lebih cenderung membuat komentar seksual atau lelucon seksis kepada wanita, melakukan pelecehan seksual, menerima mitos pemerkosaan dan berperilaku seolah-olah mereka berhak atas tubuh wanita.
-
Tidak terlibat dalam pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan
Pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak dipandang sebagai kualitas feminin. Ketika seorang laki-laki diminta untuk melakukan tugas yang dianggap feminin seperti pekerjaan rumah tangga, atau lebih buruk lagi, ketika seorang laki-laki yang dikritik oleh seorang perempuan karena tidak membersihkan dengan benar, hal itu sering ditafsirkan sebagai serangan yang mengebiri dan memicu respons kompensasi berlebihan sebagai laki-laki yang maskulin.
Nah, itulah saja artikel yang bisa diselesaikan terkait dengan pengertian maskulinitas menurut para ahli, macam, teori, dan contohnya di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Semoga saja mampu memberi wawasan bagi kalian yang membutuhkannya.