Istilah dominasi dalam objek kajian sosiologi pada hakekatnya dapat mengacu pada kekuasaan, kemenangan, keunggulan, kontrol, otoritas, pengaruh, pengendalian, penguasaan, wewenang, dan yurisdiksi. Sehingga secara sederhana dominasi ini dianggap sebagai penguasaan terhadap individu dan kelompok yang lebih lemah, lantaran individua maupun kelompok yang dominan adalah bentuk kelompok sosial yang memiliki kekuatan atau kekuasaan lebih besar dibandingkan yang lain.
Tetapi yang pasti, contoh dominasi yang bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari misalnya saja suatu kelompok etnis mendominasi kelompok etnis lainnya, atau suatu kelompok ras mendominasi kelompok ras yang lain, dan masih banyak contoh lainnya.
Dominasi
Dominasi bisa dikatakan semacam ketidakseimbangan kekuasaan yang tidak dibatasi dan tidak adil yang memungkinkan agen atau sistem sosial tertentu mampu untuk mengendalikan agen lain terhadap kondisi atas bentuk tindakan sosial yang pihak lain lakukan.
Pengertian Dominasi
Dominasi ialah paham dalam sistem perpolitikikan yang dilakukan dalam penalukan atau penguasaan yang dapat terjadi melalui eksploitasi terhadap agama, ideologi, dan sifat kebudayaan terhadap wilayah lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomi, sosial, dan kekuasaan.
Pengertian Dominasi Menurut Para Ahli
Adapun definisi dominasi menurut para ahli, antara lain:
- Kamus Besar Bahasa Indonesia, Dominasi adalah penguasaan oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak lebih lemah yang dilaukan dalam bidang politik, militer, ekonomi, perdagangan, olahraga, dan sebagainya.
- Merriam Webster, Pengertian ominasi adalah bagian daripada supremasi atau keunggulan atas yang lain terhadap pelaksanaan penguasaan atau kekuasaan oleh mereka yang berkuasa, sehingga hal ini menybabkan adanya penerapan pengaruh yang lebih besar untuk mengatur dan mengendalikan pihak lainnya.
Teori Dominasi
Teori sosiologi klasik tentang dominasi salah satu yang bisa dipergunakan ialah terkait dengan pandangan Max Weber tentang kekuasaan (power) itu sendiri bisa diartikan sebagai kesempatan bahwa seorang individu dalam suatu hubungan sosial dapat mencapai keinginannya sendiri bahkan melawan perlawanan dari orang lain. Ini adalah definisi yang sangat luas dan mencakup jenis kekuasaan yang sangat luas.
Adapun untuk membuat definisi tersebut lebih berguna dalam studi sejarah dan masyarakat, Weber menyarankan istilah dominasi sebagai alternatif, atau konsep yang didefinisikan lebih hati-hati. Weber mendefinisikan dominasi “sebagai kemungkinan bahwa perintah tertentu (atau semua perintah) akan dipatuhi oleh sekelompok orang tertentu”. Ciri-ciri yang terkait dengan dominasi adalah kepatuhan, minat, keyakinan, dan keteraturan.
Weber berpendapat bahwa “setiap bentuk dominasi menyiratkan adanya kepatuhan sukarela minimum, yaitu, minat (berdasarkan motif tersembunyi atau penerimaan yang tulus) dalam kepatuhan”. Contoh dominasi dapat mencakup hubungan orang tua-anak, hubungan majikan-karyawan, guru-murid, dominasi dalam keluarga, aturan politik yang diterima dan dipatuhi secara umum, atau hubungan antara pendeta dan anggota gereja.
Artinya, hubungan kekuasaan yang merupakan salah satu dominasi melibatkan hal-hal berikut:
- Kepatuhan sukarela. Individu tidak dipaksa untuk patuh, tetapi melakukannya secara sukarela.
- Mereka yang taat melakukannya karena mereka tertarik untuk melakukannya, atau setidaknya percaya bahwa mereka memiliki minat seperti itu.
- Keyakinan pada legitimasi tindakan individu atau kelompok dominan (meskipun ini didefinisikan oleh Weber sebagai otoritas).
- Kepatuhan atau ketaatan tidak sembarangan atau dikaitkan dengan faktor hubungan sosial jangka pendek, tetapi merupakan hubungan dominasi dan subordinasi yang berkelanjutan sehingga terbentuk pola ketidaksetaraan yang teratur.
Ciri Dominasi
Karaktertistik yang berhubungan terjadinya dominasi. Yakni;
- Dominasi menjadi bentuk kekuatan sosial yang tidak adil atau tidak sah secara moral. Disini tentusaja terlihat apapun dominasinya dianggap serius serius secara moral. Prihal ini tentusaja didominasi biasanya menyebabkan kemarahan dan kebencian terhadap dominator atau terhadap institusi yang mendominasi atau memungkinkan dominasi.
- Dominasi menjadi jenis kekuasaan, lantaran biasanya terwujud dalam kekuasaan sosial yaitu kekuasaan atas orang lain.
Jenis Dominasi
Max Weber setidaknya menguraikan tiga macam dominasi yaitu:
-
Otoritas Tradisional
Otoritas tradisional adalah jenis dominasi yang terjadi di mana hak-hak tradisional dari individu atau kelompok yang kuat dan dominan diterima, atau setidaknya tidak ditentang oleh individu-individu bawahan. Otoritas tradisional bisa berupa;
- Agama, kesakralan, atau spiritual
- Budaya yang mapan dan perlahan berubah
- Struktur tipe suku, keluarga, atau klan
Dalam bentuk dominasi ini setiap individu yang dominan bisa menjadi pendeta, pemimpin klan, kepala keluarga, atau patriark lainnya, atau elit dominan yang mungkin memerintah. Dalam banyak kasus, otoritas tradisional ditopang oleh budaya seperti mitos atau hubungan dengan hal-hal yang sakral, simbol seperti salib atau bendera, dan oleh struktur dan institusi yang melanggengkan otoritas tradisional tersebut.
Dalam kata-kata Weber, dominasi tradisionalis mengungkapkan bahwa “bersandar pada keyakinan akan kesucian rutinitas sehari-hari.” (Gerth and Mills, 1958: 297). George Ritzer mencatat bahwa “otoritas tradisional didasarkan pada klaim oleh para pemimpin, dan kepercayaan dari para pengikut, bahwa ada kebajikan dalam kesucian aturan dan kekuasaan kuno”.
-
Otoritas Karismatik
Weber mendefinisikan otoritas karismatik sebagai otoritas yang “bersandar pada pengabdian pada kesucian yang luar biasa, kepahlawanan atau karakter teladan dari seorang individu, dan dari pola atau tatanan normatif yang diungkapkan atau ditetapkan olehnya”.
Artinya, karisma adalah kualitas kepribadian individu yang dianggap luar biasa, dan pengikut dapat menganggap kualitas ini diberkahi dengan kekuatan atau kualitas supernatural, manusia super, atau luar biasa. Apakah kekuatan tersebut benar-benar ada atau tidak merupakan hal tidak relevan, tapi fakta bahwa pengikut percaya bahwa kekuatan tersebut ada adalah yang penting.
Weber menganggap karisma sebagai kekuatan pendorong dan kreatif yang melonjak melalui otoritas tradisional dan aturan yang ditetapkan. Satu-satunya dasar otoritas karismatik adalah pengakuan atau penerimaan klaim pemimpin oleh para pengikut.
Meskipun tidak rasional, karena tidak dapat dihitung atau sistematis, itu dapat menjadi revolusioner, melanggar aturan tradisional dan bahkan dapat menantang otoritas hukum. (Giddens, 1971:160-161).
-
Otoritas Legal/Rasional
Otoritas legal maupun rasional adalah otoritas atau dominasi logis yang bertumpu pada “alasan rasional – bertumpu pada kepercayaan terhadap legalitas aturan yang berlaku dan hak mereka yang diangkat ke otoritas di bawah aturan tersebut untuk mengeluarkan perintah”.
Ada berbagai cara agar otoritas hukum dapat berkembang. Sistem konvensi, hukum dan peraturan berkembang di banyak masyarakat, dan ada banyak prinsip legalitas berbeda yang terjadi.
Tujuan Dominasi
Sedangkan untuk beberapa tujuan dalam melakukan dominasi. Yaitu;
-
Memperoleh hierarki kekuasaan yang Lebih Tinggi
Tujuan dominasi hakekatnya mengacu pada posisi individu dalam hierarki kekuasaan. Dimana hal ini bisa terjadi karena individu yang dominan memiliki akses preferensial ke sumber daya daripada individu lain yang kurang dominan.
Oleh karena itulah dominasi dicapai melalui agresi atau melalui ancaman agresi yang dirasakan sering disampaikan melalui komunikasi non-verbal seperti posisi tubuh, postur, dan ekspresi wajah seperti posisi alis yang diturunkan dan menatap.
-
Memiliki Peran yang Lebih Besar
Manusia sejatinya dapat dicapai melalui kepemimpinan dan persuasi. Disinilah tujuan dominasi memainkan peran dalam semua budaya serta sistem sosial manusia, karena seperti yang telah dikatakan di atas bahwa individu berupaya untuk memiliki dominasi lebih tinggi dibandingkan dengan individu lainnya dengan tujuan agar mereka memiliki preferensi yang lebih tinggi pula dalam segala hal karena kekuasaan yang mereka miliki.
Dampak Dominasi
Akibat dari adanya dominasi ini. Antara lain;
-
Memicu Terjadinya Konflik
Dominasi dapat memicu terjadinya konflik sosial yang bisanya dilatarbelakangi oleh adanya ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan dalam interkasi antarkelompok sosial. Adapun untuk faktor terjadinya dominasi antarkelompok sosial bisa terjadi jika suatu kelompok menguasai kelompok yang lain.
Jenis konflik yang muncul tersebut bisa menyebabkan seseorang atau suatu kelompok sosial merasa diperlakukan tidak adil karena mereka tidak memiliki kekuatan atau kekuasaan seperti halnya seseorang atau kelompok yang lebih dominan.
Contoh Dominasi
Beberapa contoh dominasi yang bisa digambarakan. Antara lain;
- Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Belanda terhadap bangsa Indonesia. Belanda sebagai kelompok pendatang melakukan penguasaan dan eksploitasi terhadap rakyat Indonesia sebagai kelompok pribumi.
- Penjajahan bangsa Eropa terhadap suku Amerika. Bangsa Eropa merupakan kelompok pendatang dan Suku Amerika merupakan kelompok pribumi dari Benua Amerika.
- Adanya salah satu usaha bisnis online yang berkembang di Indonesia dengan membuat ribuan toko di marketplace dengan akun yang berbeda namun jenis produk yang sama demi menghancurkan harga usaha saingan atas produknya.
- Usaha yang dilakukan Pertamina dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi bagian daripada dominasi dalam penguasaan pasar. Tujuannya sangatlah jelas ialah agar Partamina menjadi satu-satu usaha pemerintah yag melayani kepentingan masyarakat secara luas.
Itulah saja artikel yang bisa kami berikan pada semua pembaca berkenaan dengan pengertian dominasi menurut para ahli, ciri, teori, macam, tujuan, dampak, dan contohnya. Semoga bisa memberikan wawasan bagi kalian semuanya yang sedang memerlukannya.