Aspek atau bisa dikatakan sebagai domain dalam proses sosial dan interaksi sosial pembelajaran pada awalnya dikembangkan antara tahun 1956 dan 1972. Sejak dikembangkan, aspek pembelajaran telah menerima kontribusi yang cukup besar dari para peneliti dan ahli di bidang pendidikan. Sehingga setidaknya pada proses kegiatan pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan non formal mengenai dengan penilaian atas kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dimana masing-masing aspek tersebut dibagi lagi secara lebih terperinci kedalam beberapa kategori dengan contoh-contoh aktivitas atau bentuk tindakan sosial yang berbeda-beda. Misalnya, salah satu kategori aspek kognitif adalah mengingat. Contoh aktivitas mengingat yaitu mengingat mengingat nomor telepon, objek, lokasi, warna, arah dan cerita dari buku yang dibaca. Kata kunci yang dapat digunakan pada kategori ini misalnya mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mencocokkan, mengenali, dan lain-lain.
Aspek Afektif
Aspek afektif adalah aspek yang mencakup cara kita menghadapi berbagai hal secara emosional, seperti halnya dengan perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap. Seperti halnya aspek kognitif, aspek tindakan afektif juga bersifat hierarkis dengan tingkat yang lebih tinggi menjadi lebih kompleks dan tergantung pada penguasaan tingkat yang lebih rendah.
Dengan gerakan ke kompleksitas yang lebih tinggi, seseorang menjadi lebih terlibat, berkomitmen, dan mandiri. Perhatikan paralel antara motivasi eksternal dan internal. Ketika seseorang bergerak dari motivasi eksternal ke motivasi internal, seseorang bergerak ke tingkat yang lebih tinggi.
Contoh Afektif
Contoh adanya aspek afektif yang dibedakan berdasarkan lima kategori utama dengan melibatkan perasaan, emosi, dan sikap, yaitu sebagai berikut:
-
Menerima
Kategori pertama dalam aspek afektif adalah kesadaran perasaan dan emosi serta kemampuan untuk memperhatikan rangsangan atau fenomena tertentu secara pasif.
Contohnya yaitu dengan adanya kegiatan dalam mendengarkan pembicaraan teman dengan penuh perhatian; mendengarkan orang yang lebih tua berbicara dengan penuh hormat; mendengarkan dan ingat nama orang yang baru diperkenalkan.
-
Menanggapi
Kategori kedua dalam aspek afektif adalah kemampuan seseorang untuk memenuhi harapan yang diberikan dengan memberikan reaksi atau tanggapan secara aktif terhadap rangsangan tertentu.
Atau dengan kata lain, dalam kategori ini seseorang diharapkan untuk mematuhi, berpartisipasi, atau menanggapi dengan sukarela ketika diminta atau diarahkan untuk melakukan sesuatu. Contohnya yaitu berpartisipasi dalam diskusi kelas; memberikan/menyampaikan presentasi di depan kelas.
-
Menilai
Kategori ketiga dalam aspek afektif adalah kemampuan untuk melihat nilai sesuatu dan mengekspresikannya. Menilai didasarkan pada internalisasi seperangkat nilai-nilai tertentu, sedangkan petunjuk nilai-nilai tersebut dinyatakan dalam perilaku terbuka pelajar dan sering diidentifikasi.
Contohnya yaitu menunjukkan kepercayaan pada proses demokrasi; peka terhadap perbedaan individu dan budaya (nilai keragaman); mengusulkan rencana perbaikan sosial dan menindaklanjutinya dengan komitmen penuh.
-
Mengorganisasi
Kategori keempat dalam aspek afektif adalah kemampuan untuk memprioritaskan suatu nilai di atas yang lain dan menciptakan sistem nilai yang unik. Penekanan dalam kemampuan mengorganisasi adalah pada membandingkan, menghubungkan, dan mensintesis nilai-nilai.
Contohnya yaitu seorang remaja menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar daripada dengan pacarnya; menerima standar etika professional; membuat rencana hidup yang selaras dengan kemampuan, minat, dan keyakinan.
-
Menginternalisasi Nilai (karakterisasi)
Kategori kelima dalam aspek afektif adalah kemampuan untuk menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya sebagai kontrol dalam berperilaku. Perilaku tersebut meresap, konsisten, dapat diprediksi, dan karakteristik yang paling penting dari pelajar.
Contohnya yaitu menunjukkan kemandirian saat bekerja secara mandiri; bekerja sama dalam kegiatan kelompok (menampilkan kerja tim), menggunakan pendekatan objektif dalam pemecahan masalah, merevisi penilaian dan mengubah perilaku berdasarkan bukti baru, menghargai orang apa adanya, bukan bagaimana penampilannya.
Itulah saja artikel yang bisa dibagikan pada semua kalangan berkenaan dengan adanya beragam contoh aspek afektif di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Semoga saja bisa memberikan wawasan bagi semuanya saja yang membutuhkan.