3 Tipe Budaya Politik (Parokial, Kaula, Partisipan) dan Contohnya

Diposting pada

Tipe budaya Politik

Pada hakikatnya tipe budaya politik parokial, kaula dan partisipan dapat dilihat sebagai evolusi alami dalam pertumbuhan pendekatan perilaku dalam analisis sistem perpolitikan yang ada di suatu negara. Hal ini dikarenakan menjadi upaya untuk menerapkan masalah agregat atau analisis sistemik jenis wawasan dan pengetahuan yang dikembangkan.

Pada awalnya dengan mempelajari perilaku politik individu dan kelompok kecil. Lebih khusus, konsep budaya politik dikembangkan sebagai tanggapan terhadap kebutuhan untuk menjembatani kesenjangan sosial yang tumbuh dalam pendekatan perilaku antara tingkat analisis mikro, berdasarkan interpretasi psikologis dari perilaku politik individu, dan tingkat analisis makro, berdasarkan variabel umum untuk memahami arti sosiologi politik.

Budaya Politik

Dalam ilmu politik definisi budaya politik dapat diartikan sebagai seperangkat pandangan bersama dan penilaian normatif yang dipegang oleh masyarakat mengenai sistem politiknya. Gagasan budaya politik tidak mengacu pada sikap terhadap aktor tertentu, seperti presiden atau perdana menteri, tetapi lebih menunjukkan bagaimana orang memandang sistem politik secara keseluruhan dan keyakinan mereka pada legitimasi yang diterapkan.

Tujuan atas legitimasi tersebut tak lain ialah untuk memberikan keteraturan sosial di masyarakat sehingga masyarakat akan mengikuti perkembangan negara secara aktif, terutama persoalan pembangunan yang dijalankan.

Tipe Budaya Politik

Terdapat bermacam-macam tipe budaya politik yang berkembang di dalam suatu negara. Termasuk juga Indonesia yang notebene masuk dalam karakteristik negara berkembang. Jenis budaya politik tersebut, antara lain adalah sebagai berikut;

  1. Budaya Politik Parokial

Pengertian budaya politik parokial yaitu suatu budaya dimana tingkat partisipasi politik masyarakatnya masih sangat rendah. Tipe yang satu ini sering ditemukan pada masyarakat tradisional yang sifatnya masih sangat sederhana.

Bahkan dalam Moctar Masoed dan Colin Mc. Andrew berpendapat bahwa budaya politik parokial terjadi karena masyarakat tidak mengetahui atau tidak menyadari tentang adanya pemerintahan dan sistem politik yang dijalnakan. Kaidah ini memberikan arti bahwa pada budaya politik parokial masyarakat hanya bisa menerima kebijakan tanpa bisa ikut andil dalam pembangunan yang dijalankan.

Adapun ciri-ciri budaya politik parokial yaitu sebagai berikut:

  1. Ruang lingkupnya kecil dan sempit.
  2. Masyarakatnya apatis.
  3. Pengetahuan masyarakat tentang politik masih sangat rendah.
  4. Masyarakat cenderung tidak perduli dan menarik diri dari wilayah politik.
  5. Masyarakatnya sangat jarang berhadapan dengan sistem politik.
  6. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang adanya pusat kewenangan dan kekuasaan di suatu negara.

Contoh dalam budaya politik parokial ini untuk di Indonesia msialnya saja yang ada di Suku Baduy (Provinsi Banten) yang dulu menjadi wilayah Jawa Berat. Pada masyarakat Baduy politik parokial masih berlaku, dimana masyarakat bersifat apatis dengan pemilihan presiden ataupun pembilan lembaga legitatif yang dilakukan.

  1. Budaya Politik Kaula/Subjek

Budaya politik kaula/subjek yaitu suatu pembentukan unsur budaya dimana masyarakatnya cenderung lebih maju di bidang ekonomi maupun sosial. Meskipun dalam budaya politik ini masyarakat masih relatif pasif, tapi mereka sudah mengerti tentang adanya sistem politik serta mematuhi undang-undang dan para aparat pemerintahan.

Adapun ciri-ciri plitik Kaula/Subjek yaitu sebagai berikut:

  1. Adanya kesadaran penuh masyarakatnya terhadap otoritas pemerintahan.
  2. Masyarakatnya masih bersikap pasif terhadap politik.
  3. Beberapa warga memberikan masukan dan permintaan terhadap pemerintah, namun telah mau menerima aturan dari pemerintah.
  4. Masyarakatnya mau menerima keputusan yang tidak dapat dikoreksi ataupun ditentang.
  5. Masyarakatnya telah menyadari dan memperhatikan sistem politik umum dan khusus pada objek output, tapi kesadaran pada input dan sebagai aktor politik masih cukup rendah.

Contoh yang masuk dalam tipe budaya politik kaula atau subjek ini misalnya saja untuk di negara Kore Utara yang noteben menganut sistem pemerintahan komunis. Dalam menjalakan pemerintahannya ia memberikan kesadaran penuh tentang pentinya pembangunan kepada masyarakat akan tetapi semuanya itu tidak mempengaruhi kebijakan subjek yang dilakukan pemerintahan.

Jikalau di Indonesia penerapan dalam kasus budaya politik kaula atau subjek ini berlaku ketika mas demokrasi terpimpin ataupun pada massa orde baru. Era ini masyarakat sadar tentang pentingnya politik akan tetapi sepenuhnya dikendalikan secara ketat oleh pemerintah pusatnya.

  1. Budaya Politik Partisipan

Budaya politik partisipan yaitu suatu budaya dimana masyarakatnya telah mempunyai kesadaran yang tinggi tentang suatu sistem politik, struktur proses politik, dan administratif.

Adapun ciri-ciri politik yaitu sebagai berikut:

  1. Adanya kesadaran masyarakatnya tentang hak dan tanggungjawab terhadap kehidupan berpolitik.
  2. Masyarakat tidak langsung menerima keadaan, tapi memberikan penilaian secara sadar pada objek-objek politik.
  3. Kehidupan politik di tengah-tengah masyarakat berperan sebagai sarana transaksi.
  4. Masyarakatnya telah memiliki kesadaran tinggi sebagai warga negara yang aktif dan berperan dalam politik.

Contoh penerapan dalam budaya politik partisipan ini sangat mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja ketika dalam perpolitikan di Indonesia pada saat ini, masyarakat bisa urug rembung melakukan kotribusi atau masukan kepada pemerintah.

Bahkan pada saat ini juga masyarakat dapat memilih pemimpinnya dengan selektif yang dianggap mampu mewakili apa yang menjadi kehendak atau keinginannya.

Untuk keseharian, yang masuk dalam budaya politik partisipan ini, antara lain;

  1. Pemilihan Ketua Osis di Sekolah
  2. Pemilihan Presiden BEM di Kampus
  3. Pemilihan Ketua Senat Mahasiswa di Perguruan Tinggi
  4. Pemilihan Ketua RT di masyarakat
  5. Proses pemilihan Ketua RW di masyarakat

Nah, itulah tadi artikel yang memberikan penjelasan terkait dengan tipe budaya politik parokial, kaula/subjek, partisipan, disertai dengan ciri dan contohnya di masyarakat secara umum. Semoga adanya tulisan ini memberikan wawasan serta memberikan edukasi mendalam bagi segenap pembaca sekalian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *